UPACARA CAKCAKAN



            Beda wilayah, maka akan berbeda pula peraturan desa, kala, dan patranya. Hal ini berlaku bagi kabupaten-kabupaten yang ada di Bali, salah satunya adalah kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng memiliki berbagai tradisi yang erat kaitanya dengan kebiasaan dari desa itu sendiri, salah satunya kita dapat menemui upacara unik di Desa Sambirenteng, yaitu Upacara Cakcakan. Anda dapat menjumpai Upacara Bhuta Yadnya ini pada setiap tilem sasih kapitu.

Upacara yang telah dilaksanakan turun-temurun ini, dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut:
-       Sebelum tilem sasih kapitu, masyarakat mengadakan sambung ayam dari pagi hingga sore hari.
-          Selanjutnya, tepat pada tilem sasih kapitu, prosesi sambung ayam kembali dilanjutkan sampi pukul 12.00 siang. Kemudian, ayam-ayam hasil aduan tersebut dikumpulkan dan diebat (diolah) bersama-sama oleh warga desa. Pada sore harinya, dilaksanakan pecaruan yang dilanjutkan dengan magibung (makan bersama).

Upacara Cakcakan merupakan salah satu bentuk perwujudkan pelaksanaan Tri Hita Karana yang mana pada saat menghanturkan Pejati merupakan bentuk hubungan antara manusia dengan Tuhan. Dan pada saat prosesi magibung merupakan bentuk hubungan manusia dengan manusia yang bertujuan untuk menjalin hubungan kekeluargaan antar warga Desa Sambirenteng. Uniknya, makanan yang disajikan saat prosesi magibung ini merupakan daging ayam hasil aduan saat prosesi sambung ayam. Prosesi sambung ayam ini dilaksanakan di halaman Pura Bale Agung yang mana setiap warga yang wajib mengeluarkan satu ekor ayam. Perlu diperhatikan bahwa dalam prosesi ini, tidak diizinkan untuk memasang uang taruhan. Terakhir, prosesi mecaru dapat dinyatakan sebagai bentuk hubungan dengan alam.

           Upacara yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam ini patut disaksikan secara langsung karena upacara ini termasuk jarang dilaksanakan di daerah lain.
First
Diberdayakan oleh Blogger.